Pustaka Hindu
kuno, memperkirakan Hari Brahma, jangka hidup dari alam
semesta kita, menjadi 4.32 milyar tahun. Angka ini dekat dengan
perkiraan para astronom kita, yang menghitungnya menjadi sekitar 4.6
milyar tahun.”
Dr. Carl Sagan ahli
astronomi AS terkenal, di dalam bukunya, Cosmos (1980) menjelaskan: “Agama
Hindu adalah satu-satunya agama besar dunia yang mengatakan bahwa Alam
Semesta mengalami kelahiran dan kematian tak terukur, tak terbatas.
Ia adalah satu-satunya agama di mana skala waktunya sesuai dengan
skala waktu kosmologi ilmiah modern. Siklusnya berjalan dari hari siang dan
malam biasa kita ke suatu siang dan malam Brahma, 8.64 milyar tahun panjangnya.
Lebih panjang dibanding usia Bumi atau Matahari dan sekitar separuh waktu sejak
Dentuman Besar (Big Bang). Dan masih ada banyak skala waktu yang lebih
panjang.”
Suatu ketika Dr. Carl
Sagan, melakukan show di sebuah TV di Amerika. Dengan bantuan animasi dan
simulasi komputer, Mr. Sagan mempresentasikan semua teori yang dikemukakan oleh
Para ahli fisika astronomi saat ini. Dijelaskannya tentang panjang
gelombang cahaya galaxy yang terus bertambah, alam semesta mengembang,
teori Big Bang, efek Dopler, dan sebagainya. Para pemirsa terkejut, ketika
menjelang akhir acaranya Mr. Sagan terlihat berada di India, berdiri di depan
sebuah Temple Krishna yang telah berusia ribuan tahun. Mr. Sagan berkata “Para
ilmuwan menemukan semua teori yang telah saya paparkan tadi tahun-tahun akhir
ini saja, sedangkan di sini, di India, orang sudah mengetahui informasi itu
sejak ribuan tahun yang lalu, dari kitab-kitab Weda…” (Danavir Gosvarni,
2002).
“Ketika aku membaca
Bhagavad-Gita dan merenung tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta ini
yang lainnya nampak begitu tidak bermakna.”
“Kita berhutang banyak kepada orang India yang mengajarkan kita bagaimana menghitung, tanpa itu penemuan yang bermanfaat ilmiah tidak mungkin dilakukan.” ~ Albert Einstein
“Kita berhutang banyak kepada orang India yang mengajarkan kita bagaimana menghitung, tanpa itu penemuan yang bermanfaat ilmiah tidak mungkin dilakukan.” ~ Albert Einstein
“Setelah perbincangan
tentang Filosofi India, beberapa ide mengenai Fisika Quantum yang tampaknya
gila tiba-tiba menjadi lebih masuk akal.” ~ W. Heisenberg (Ahli fisika
Jerman, 1901-1976)
“Vedanta dan Sankhya
memegang kunci proses hukum-hukum pikiran yang berhubungan dengan Bidang
Quantum. Seperti operasi dan distribusi partikel-partikel pada level atom dan
molekul.” ~ Prof. Brian David Josephson (1940 – ) Ahli Fisika Wales,
penerima Nobel termuda
Semua kitab-kitab Veda
menggunakan bahasa yang Ilmiah. Kenapa disebut bahasa yang ilmiah? Veda
menggunakan bahasa Sansekerta. Menurut penelitian NASA (Badan
Antariksa Amerika) dalam majalah AI (Artificial Intelligence) yang diterbitkan
pada musim semi 1985 hasil penelitian Rick Briggs, Bahasa Sansekerta adalah
satu-satunya bahasa yang bisa diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa pemrograman
komputer. Ilmuwan NASA telah membuktikan bahwa Sansekerta adalah
satu-satunya bahasa yang dapat mengekspresikan setiap kondisi yang ada di alam
semesta dengan jelas. Dengan struktur bahasa yang sempurna, Bahasa Sansekerta
dapat dan telah digunakan sebagai Bahasa Kecerdasan Buatan, Artificial
Intelligence. “Seperti yang akan kita lihat, ada bahasa yang digunakan di
kalangan komunitas ilmiah kuno yang memiliki penyimpangan nol. Bahasa ini
adalah bahasa Sansekerta. ” ~ Rick Briggs (NASA)
Berikut ini adalah
beberapa diantara banyak bukti adanya sains dan ilmu pengetahuan yang terdapat
di Kitab-Kitab Agama Hindu yaitu Veda.
ALAM SEMESTA
Tuhan Yang maha Esa
dan Maha Besar adalah Brahman, Dewa Wisnu adalah personifikasi Brahman
tertinggi.
Ilustrasi : Setiap satu
alam semesta yang berbentuk bulat telur, terdiri dari banyak Galaksi, satu
Dewa Brahma.
Kāranodakaśāyi Vishnu
(Mahā Vishnu): Wisnu yang berbaring dalam lautan penyebab dan Beliau
menghembuskan banyak alam semesta. Lautan penyebab (Causal
Ocean / Lautan Energi) adalah energi eksternal Tuhan. Sesuai dengan
teori fisika terkini dimana energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Jadi dari setiap
“pori-pori” Kāranodakaśāyi Visnu muncullah Garbhodakaśāyī
Visnu yang memunculkan sebuah alam semesta. Dari 1 “pori-pori”
memunculkan 1 alam semesta yang terdiri dari jutaan galaksi. Garbhodakaśāyī
Visnu dan Dewa Brahma ada di tiap-tiap alam semesta.
Brahma Samhita Sloka 13
Benih-benih
transendental (anti materi) Sankarsana muncul dari “pori-pori kulit” Maha Visnu
dalam bentuk telur emas yang tak terhitung jumlahnya sambil maha-Visnu
“berbaring” di lautan penyebab, semua telur tersebut tetap tertutupi oleh unsur
material besar. Secara Ilmiah munculnya alam semesta dari “pori-pori Tuhan”
dalam wujud Kāranodakaśāyi Visnu ini merupakan area tempat
terjadinya perubahan dari Energi menjadi Materi (penciptaan alam semesta
materi), yang merupakan kebalikan dari Pralaya dimana materi berubah
menjadi energi (peleburan).
Itulah maka Veda tidak
menggunakan istilah kiamat tetapi peleburan,
karena semata-mata hanyalah peleburan dari materi menjadi energi (“tenaga”).
Ada beberapa tahap Pralaya yang skala waktunya mulai 4,3 milyar tahun (1 hari
siang Brahma) sampai 311 triliun tahun bumi (akhir hidup Dewa Brahma). Alam
semesta ini sedang berada di tahun ke – 51 Brahma atau 155 triliun tahun Bumi
setelah Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usia ke – 100, siklus baru
dimulai lagi, segala ciptaan yang sudah dimusnahkan diciptakan kembali, begitu
seterusnya.
Bhagavad-gita 9.7
Wahai putera Kunti, pada akhir jaman,
semua manifestasi material masuk ke dalam tenaga-Ku, dan pada awal jaman lain,
Aku menciptakannya sekali lagi dengan kekuatan-Ku.
Bhagavad-gita 9.8
Seluruh susunan alam semesta di
bawah-Ku. Atas kehendak-Ku alam semesta dengan sendirinya diwujudkan berulang
kali. Atas kehendak-Ku akhirnya alam semesta dileburkan.
Bhagavad-gita 9.10
Alam material ini, salah satu di antara
tenaga-tenaga-Ku, bekerja di bawah perintah-Ku, dan menghasilkan semua makhluk
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, wahai putera Kunti. Di bawah
hukum-hukum alam material, manifestasi ini diciptakan dan dilebur berulang
kali.
Śrīmad Bhāgavatam 5.18.31
Ya Tuhan, manifestasi kosmik yang
terlihat ini adalah demonstrasi energi kreatif Anda sendiri. Karena bentuk-bentuk
yang tak terhitung jumlahnya dalam bentuk manifestasi kosmik hanyalah sebuah
layar energi eksternal Anda semata.
Dalam kitab Purana dan Upanisad digambarkan
bahwa alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam
semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya
tahap demi tahap.
FISIKA, PLANET, MATAHARI, GALAKSI
Rgveda II.72.4
“Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari”.
Artinya :
Dari aditi (materi) asalnya daksa
(energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi).
Ternyata teori yang
mencengangkan ini telah tersurat di Veda. E = m.c2 Albert
Einstein ternyata bukan hal yang baru dalam ilmu
pengetahuan Veda.
Rgveda II,11.20
“Avartayat suryo na
cakram”
Artinya
Matahari berputar seperti sebuah roda
pada sumbunya.
Atharwa Weda XII.1.37
“Ya apa sarpam vijamana vimrgvari”.
Artinya:
Bumi bergerak berotasi dan bertranslasi
Yajur Weda III.6
“Ayam gauh prsnir akramid,asadan mataram purah,pitaram caprayam svah”
Artinya:
Bumi yang
berbintik-bintik ini ada dan berputar dilangit seperti seorang ibu, ia berjalan mengelilingi
matahari sebagai seorang ayah.
Dari sloka tersebut
terlihat bahwa selain berotasi atau berputar pada porosnya,
bumi juga berevolusi mengelilingi matahari, dari pernyataan ini sangat erat
dengan teori heliosentris yang menyatakan bahwa pusat alam semesta adalah
matahari. Dan diperjelas lagi oleh kitab Atharwa Weda mengenai pergerakan Bumi.
Dalam kitab ini pun juga menjelaskan bahwa bagaimana bumi dapat bertahan di
dalam angkasa raya karena gaya tarik-menarik yang lebih superior, ini dalam
ilmu fisika telah dijelaskan oleh Newton melalui teori Gravitasi yang sudah
dipaparkan di atas.
Atharvaveda XIX.7.1
“Citrani sakam divi
rocanani sarisrpani bhuvane javani ”.
Artinya :
Semua konstelasi
perbintangan yang bercahya ini berputar sangat kencang.
Atharwa Weda VI.106.3
“Suryasya rasmasyah
para patanti asumat”
Artinya :
Sinar matahari
terpancar dengan dengan kecepatan sangat tinggi. (Penjelasan : kecepatan
cahaya matahari adalah 2,99793 x 108 m/ det).
Yajurveda IX :3
“Apam rasam udvayasam
surye santam samahitam, apam rasasya yo rasah”.
Artinya:
Intisari yang paling halus yang
membentuk air ada di matahari. [Penjelasan : Matahari sesungguhnya adalah bola
gas yang berpijar, dengan komponen utama gas hindrogen dan helium.
Hidrogen (H2) dapat bereaksi dengan oksigen (O2) menghasilkan air (H2O). Reaksinya
2H2(g) + O2 (g)a 2 H2O(l)].
Atharvaveda XIV.1.2
“Somena aditya balinah”
Artinya :
Matahari menghasilkan energi dari soma (
hiderogen). [Penjelasan : Di Matahari secara terus menerus terjadi reaksi
fusi ( penggabungan) inti-inti atom hydrogen menjadi inti
atom helium. Reaksi tersebut disertai dengan pelepasan energi yang sangat
besar].
Yajurveda XVIII.40
“Susunah suryarasmis
candrama-gandharvah”
Artinya:
Sinar matahari yang
disebut susumna, menerangi bulan.
Regveda II.27.4
“Dharayanta adityaso
jagat stha”
Artinya :
Sinar matahari
menopang seluruh alam semesta. [Penjelasan : Sinar matahari menopang melalui energi
radiasi yang dikandungnya. Sebagai contoh , Bumi menerima supply
energi dari matahari sebesar 1,73 x 1017 joule per detik. Energi sebesar itu
hanya seperlima puluh milyar dari seluruh energi yang dipancarkan matahari.
Mengingat demikian pentingnya energi matahari , maka matahari disebut sebagai
sumber energi pertama dan utama bagi kehidupan di Bumi].
Rig Veda [1.103.2], [1.115.4] dan [5.81.2]:
Efek Gravitasi
matahari membuat bumi stabil.
Rig Veda [10.189.1]:
Bulan ini, menjadi satelit bumi,
berputar di planet Ibunya (Bumi) dan mengikutinya ber-revolusinya mengitari
Matahari, ayah planet yang bercahaya sendiri.
Rig Veda [1.169.9], [1.190.7]:
Bumi berputar dan
mengitari Matahari seperti anak sapi mengikuti Induknya.
Rig Veda [1.164.2]:
Garis edar bulat lonjong yang dilalui
oleh benda angkasa adalah kekal dan tidak berkurang.
Rig Veda [1.164.29]:
Perputaran bumi tidak
berkurang dan bumi terus berputar pada sumbunya.
Sama Veda [121]:
Matahari tidak pernah
terbenam ataupun terbit karena bumi yang berotasi.
Rig VedaXXX. IV. V :
Bentuk Bumi adalah
seperti oblate spheroid (bulat pepat).
Brahmana Aitareya (3.44) :
“Matahari tidak pernah tenggelam ataupun
terbit. Ketika orang berpikir Matahari tenggelam tapi tidaklah demikian.
Setelah tiba di penghujung hari, matahari membuat dirinya menghasilkan dua efek
yang berlawanan, menghasilkan malam hari untuk apa yang di
belahan bawah dan siang hari di belahan lainnya. Setelah
sampai di penghujung malam, matahari membuat dirinya menghasilkan dua efek yang
berlawanan, menghasilkan siang hari di belahan bawah dan malam hari di belahan
lainnya. Pada kenyataannya, Matahari tidak pernah tenggelam.”
Shrimad Bhagwatam :
“Setelah pembentukan planet bumi, Brahma
menciptakan atmosfer dalam tujuh kelompok, dari formasi
tersebut lautan menjadi ada, dan bentuk kehidupan pertama muncul di planet
Bumi. Atmosfer diciptkan untuk melindungi kulit Bumi”
Rig Veda 10.149.1 :
“Matahari mengikat Bumi dan
planet-planet lain melalui daya tarik dan menggerakkan di sekitar dirinya
bagaikan seorang pelatih memegang kendali kuda dan bergerak mengelilinginya.” (Gravitasi)
Shrimad Bhagwatam 5.23.5 :
Bentuk dari çiçumära memiliki kepala ke
bawah dan melingkar tubuhnya. Di ujung ekornya adalah planet dari Dhruva, pada
tubuh ekornya adalah planet-planet dari Prajapati dewa, Agni, Indra dan Dharma,
dan di dasar ekornya adalah planet-planet dari Dhätä demigods dan Vidhätä.
Dimana pinggul mungkin pada çiçumära adalah tujuh orang bijak suci seperti
Vasiñöha dan Aìgirä. Tubuh melingkar dari Çiçumära-cakra berubah ke arah sisi
kanan, di mana empat belas rasi bintang dari Abhijit untuk Punarvasu berada.
Pada sisi kiri adalah empat belas bintang dari Punya untuk Uttaräñäòhä. Jadi
tubuhnya yang seimbang karena sisi-sisinya ditempati oleh jumlah yang sama
bintang. Di belakang çiçumära adalah kelompok bintang yang dikenal sebagai
Ajavéthé, dan di perut adalah seperti sungai Gangga yang mengalir di langit
(Milky Way) [Galaksi Bima Sakti].
KIMIA, BIOLOGI
Atharvaveda III.13.5
“Agnisomau bibhrati apa it tah”.
Artinya :
Air terbentuk dari
Agni ( oksigen ) dan soma ( hidrogen)
Rgveda VIII. 72.16
“Adhuksat pipyusim isam urjam, suryasya
sapta rasmibhih”
Artinya :
Tumbuh-tumbuhan memperoleh energi dari
cahaya matahari. [Penjelasan : Tumbuhan dapat mengubah air dan gas
karbondioksida menjadi gula dan gas oksigen dengan adanya zat hijau daun (klorofil)
dan bantuan sinar matahari ( sinar biru dan sinar merah). Hal tersebut terjadi
melalui proses fotosintesis].
Samaveda 1824
“Tam it samanam
vaninas ca virudho-antarvatis ca suvate ca vivaha”.
Artinya :
Tumbuh-tumbuhan memancarkan udara vital
yang dinamakan samana ( oksigen) secara teratur. [Penjelasannya : Oksigen (O2)
merupakan hasil samping reaksi fotosintesis yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan, termasuk untuk pernafasan].
Atharvaveda VIII.7.10
“Ugra ya visa-dhusanih
osadhih”
Artinya :
Tumbuh-tumbuhan
menghancurkan pengaruh atmosfir yang beracun.
Yajuveda :6.22
“Ma po mo sadhir
himsih”.
Artinya :
Jangan mencemari air
dan jangan menebang pohon.
Yajurveda V.43
“Dyam ma lekhir,anariksam ma himsih”.
Artinya :
Jangan mengganggu
langit dan mencemari atmosfir.
MATEMATIKA
Asal angka adalah
dari India. angka telah digunakan oleh orang India didalam acuan Matematika
mereka pada abad ke-VI. Sistem nomor ini menyebar dari India ke Arab dan dari
sana menyebar ke Eropa pada abad ke-XII.
Penemuan sistem angka
yang modern memiliki nomor berkisar antara 1-9, dan konsep nol (angka nol)
telah diakreditasikan terhadap India, simbol 0 berasal dari India. Angka ini
telah digunakan dalam astronomi Hindu dan acuan Matematika seperti “Bhakhsali”
(300 Masehi), “AryaBhata” (500 M) dan “Panch Sidhantica” (600 M).
Istilah sinus berasal
dari India. Dipopulerkan oleh matematikawan dan astronom Aryabhata yang berarti
setengah nada, ”ardha-jya” sebelum terus diubah sampai Gerard dari Cremona yang
mengalihbahasakan Almagest (ingat: Ptolemy) pada penghujung abad 12, mengganti
kata di atas ke dalam bahasa Latin yang artinya lebih-kurang sama, yaitu sinus.
Dan adalah Aryabhatta yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode
matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha
Brahmana, Baudhayanasutra, dll.
Sebagaimana dilaporkan
dalam Indian Studies in Honor of Charles Rockwell (Harvad University Press,
Cambridge, MA Edited by W.E. Clark, 1929), Sebokht menulis bahwa
penemuan-penemuan bangsa India dalam bidang astronomi lebih
jenius dibandingkan dengan bangsa Yunani atau Babylonia, dan sistem angka (decimal)
mereka lebih unggul. (N.S. Rajaram, p.157, 1995)
Penemu pertama Calculus modern
adalah orang India bernama Bhaskaracarya, dimana orang-orang mengira itu
merupakan kontribusi dari Newton atau Liebnitz. Penggunaan aljabar, trigonometri,
kwadrat dan akar pangkat tiga juga pertama kali dimulai di India.
Aryabhatta (497 A.D.)
yang menghitung “phi” sebesar 3,1416. Banyak metode
matematika tersebut bertebaran di dalam naskah-naskah seperti Shatapatha
Brahmana, Baudhayanasutra, dll.
Prof. R.G. Rawlinson
menyatakan, “Hampir semua teori, kepercayaan, filsafat, dan matematika,
yang diajarkan oleh Pythagoras sudah dikenal di India pada abad keenam B.C”.
Demikianlah sebagian
kecil hal yang diungkapkan di dalam kitab suci Weda yang ilmiah, Kitab Suci
Agama Hindu yang menjabarkan sains atau ilmu pengetahuan yang
relevan dengan pengetahuan modern saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar